Minggu, 09 Desember 2018

Bagaimana pemulihan luka batin, akar pahit dan hubungannya pada pohon keluarga?

          Ada seorang teman yang menanyakan permasalahan ini kepada saya, karena kehidupan manusia secara pribadi seringkali mengalami hal semacam ini, luka batin, kepahitan, kekecewaan, dll. Memang hal ini terjadi secara umum pada setiap manusia, tetapi hal ini bukanlah hal yang sepele, karena dampaknya sangat merusak dan berpengaruh buruk dalam segala aspek kehidupan manusia jika tidak dipulihkan secara total.

          Untuk memahami hal ini, kita perlu mengetahui akar permasalahannya terlebih dahulu, akarnya adalah hakekat atau jati diri manusia itu sendiri sudah cacat, rapuh dan rusak akibat dosa (Rom 3:23). Pada awalnya manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Gen 1:26), Allah itu kasih (1 John 4:8) jadi manusia juga pada mulanya penuh kasih, roh dan jiwanya selaras dengan karakter Allah sendiri. 

          Tetapi manusia jatuh dalam dosa dengan makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat yang sudah dilarang oleh Allah, akibatnya manusia mengalami kematian (Gen 1:17). Manusia memang tidak langsung mengalami kematian jasmani, tetapi yang langsung mati adalah gambar dan rupa Allah pada manusia, roh dan jiwanya mengalami kerusakan, cacat, cemar dan rapuh. Manusia kehilangan kasih Allah dan menjadi egois, sehingga berakibat pada banyaknya masalah kejiwaan, manusia jadi mudah marah, malu pada diri sendiri, iri hati, dengki, tersinggung, sombong, luka batin, kepahitan, dan diperbudak oleh berbagai-bagai keinginan atau hawa nafsu (Matt 15:19 ; Rom 7:18 ; Gal 5:19-21).

          Sejak manusia jatuh dalam dosa, seluruh keturunannya juga mewarisi dosa (Rom 5:19), roh dan jiwa manusia menjadi cacat, rusak dan rapuh. Jadi kalo kita hubungkan dengan pohon keluarga, jelas kondisi kejiwaan manusia memiliki dampak yang nyata terhadap keturunannya. ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan kehilangan gambar Allah, keturunan mereka juga kehilangan gambar Allah, dan mewarisi gambar Adam yang telah rusak (Gen 5:1-3). Jadi jika ada kasus dimana orang tua memiliki banyak kesedihan, luka batin dan akar pahit dalam hidupnya dan tidak dipulihkan, maka ketika melahirkan anak pastilah juga akan berdampak pada kejiwaan anaknya, meskipun masih pada alam bawah sadarnya, manifestasinya bisa jadi si anak menjadi pemurung, mudah stres, kesehatan buruk, dll.

          Bagaimana solusinya? Jika kita berusaha dengan kepandaian kita sendiri melalui berbagai macam cara ataupun dengan teori ilmu kejiwaan, semuanya itu tentu saja sia-sia, sebab manusia tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan roh dan jiwa. Tetapi Tuhan Yesus telah melakukannya di kayu salib lebih dari 2000 tahun yang lalu, Alkitab menyatakan bahwa siapa yang percaya dan menerima Kristus dilahirkan baru secara roh, menjadi ciptaan baru (John 1:12-13 ; 2 Cor 5:17). Hanya Tuhan Yesus yang dapat memulihkan manusia apapun masalah kejiwaannya, karena ketika manusia menjadi ciptaan baru, kasih, sukacita, damai sejahtera dan karakter Allah dipulihkan kembali pada hati manusia (Gal 5:22-23).

          Tetapi bagi orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus apakah masih bisa mengalami sakit hati, luka batin dll ? Tentu saja masih bisa, karena manusia punya kehendak bebas, jika kita salah mengelola kehidupan ini, tentu ada dampak negatifnya. Solusinya ya kita harus kembali bertobat, datang kepada Tuhan untuk menerima dan dipenuhi kembali dengan kasihNya, itu prinsipnya. Jadi jika ada kasus khusus seperti ada orang yang menyakiti hati kita, kita harus datang kepada Tuhan dulu untuk menerima pemulihan kasihNya, setelah itu barulah kita bisa mengampuni orang tersebut. Tuhan Yesus itu hidup dan peduli pada setiap kita anak-anakNya, Dia siap melimpahkan kasih karunia untuk memulihkan kita kapanpun kita datang ke hadiratNya (Heb 4:15-16).

          Untuk dapat mengelola dan menjaga jiwa dengan baik dalam kehidupan ini memang perlu pembelajaran seumur hidup dari firmanNya dan juga dari banyak pengalaman diri sendiri ataupun orang lain. Tetapi kunci pemulihan hati adalah hubungan yang intim dengan Roh Allah, ketika kita buka hati dalam hadiratNya, kita dapat menerima, dipenuhi dan menikmati kasih, sukacita ataupun damai sejahtera Allah yang berlimpah-limpah, saat ini juga.