Minggu, 10 Desember 2017

Apakah ritual ibadah itu masih diperlukan di masa perjanjian baru ?

          Dari sejak dulu sampai sekarang semua agama dan kepercayaan memiliki berbagai macam ritual ibadah yang wajib dilakukan bagi para pengikutnya, bahkan kita dapat melihat orang-orang melakukan berbagai macam ritual dimanapun kita berada. Ritual ibadah adalah suatu tata cara atau aturan-aturan yang mengatur cara melakukan penghormatan dan penyembahan terhadap Tuhan, baik di tempat ibadah secara khusus ataupun di tempat lain. Demikian pula dengan kekristenan secara umum memiliki ritual ibadah yang dijalankan secara rutin oleh para pengikutnya sampai sekarang, tetapi apakah ritual itu begitu penting dan harus dilakukan? Apa akibatnya jika tidak melakukan berbagai ritual ibadah?


          Untuk mengetahui kebenaran mengenai ritual ibadah, maka kita perlu melihat ketika pada mulanya Allah menciptakan manusia dan bagaimana sebenarnya Allah menghendaki manusia beribadah kepadaNya (Gen 1:26-31 ; Gen 2:8-25). Jika kita perhatikan apa yang dinyatakan Alkitab tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa pada mulanya Allah tidak menetapkan suatu ritual ibadah kepada Adam dan Hawa. Allah dan manusia bersekutu secara bebas, Allah menuntun, mengajar dan memimpin manusia untuk menjalani kehidupan sesuai dengan kehendakNya, dan ketika manusia taat, itulah ibadah yang sejati pada saat itu. Lalu mengapa sekarang ada banyak ritual ibadah? Sejak kapan ritual itu ada?

          Alkitab menyatakan bahwa karena tipuan iblis, manusia melakukan dosa dengan tidak mentaati perintah Tuhan, manusia kehilangan kemuliaan Allah, sehingga menjadi takut dan malu denganNya, saat itu manusia berusaha menutupi ketelanjangannya di hadapan Tuhan dengan daun pohon ara (Gen 3:1-8). Tetapi usaha manusia itu dipandang tidak tepat oleh Allah, dan Allah mengorbankan beberapa binatang, mengambil kulitnya, membuat pakaian dan mengenakannya pada manusia untuk menutupi ketelanjangannya itu (Gen 3:21). Hal inilah untuk pertama kalinya Allah sebenarnya menetapkan suatu ritual ibadah bagi manusia, yaitu dengan mempersembahkan suatu korban binatang yang tidak berdosa untuk menutupi dosanya, sebagai lambang bahwa pada saatnya akan ada keturunan perempuan yang menebus dosa manusia dan menghancurkan iblis (Gen 3:15).

         Pada jaman Musa, ritual ibadah itu disempurnakan melalui berbagai macam aturan yang diberikan Allah pada Musa di gunung sinai, yang kita sebut sebagai hukum taurat. Tetapi hukum taurat tidak dimaksudkan Allah untuk dijalankan selamanya, semuanya itu hanyalah suatu lambang akan datangnya sang Juruselamat Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk menebus dosa manusia (Matt 1:21), sehingga hukum taurat berlaku sampai jaman Yohanes Pembaptis saja (Luk 16:16). Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum taurat, tetapi untuk menggenapinya (Matt 5:17), sehingga dengan demikian, ritual ibadah yang telah dijalankan umat Allah ribuan tahun sebenarnya telah digenapi di dalam Tuhan Yesus. 

          Alkitab menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus beroleh hidup yang kekal dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah (John 3:16 ; John 1:12-13). Jadi jelas bahwa bagi anak-anak Tuhan, tidak diperlukan lagi berbagai macam ritual ibadah, sebab dosa mereka telah diampuni di dalam Kristus, sehingga mereka dapat kembali beribadah dan bersekutu dengan Allah seperti pada mulanya sebelum manusia jatuh dalam dosa. Di masa perjanjian baru gereja Tuhan memiliki hak istimewa untuk menjalani kehidupan bersama Allah secara bebas,  setiap saat dan dimanapun mereka berada, tidak terikat oleh berbagai macam aturan ibadah yang sebenarnya tidak ada lagi gunanya.

          Tuhan Yesus pernah berkata kepada orang-orang farisi yang banyak memiliki ritual ibadah, bahwa semuanya itu percuma, sebab hati mereka menjauh dari Allah, mereka bahkan banyak menambahkan ritual ibadah berdasarkan perintah manusia. Yesus menyebut mereka orang-orang munafik (Matt 15:7-9). Ironisnya sampai sekarang masih banyak organisasi gereja yang menjalankan ibadah mirip dengan orang farisi, banyak melakukan ritual, tetapi sebenarnya hati mereka menjauh dari Tuhan. Jadi jelas, sebenarnya di masa perjanjian baru ini, Tuhan tidak pusing dengan persoalan ritual ibadah, tetapi yang Tuhan lihat adalah apakah hati kita mengasihiNya.