Minggu, 05 Februari 2017

Apa rahasia hidup kudus ?

          
          Sesungguhnya setiap manusia yang hidup di dunia ini mengetahui dan mengakui dalam hatinya yang terdalam bahwa mereka telah berdosa, dari mana mereka tahu? Tentu saja dari kesadaran akan hati dan perbuatan mereka sepanjang hidup ini, setiap manusia, siapapun dia, sering berpikir, berkata-kata dan melakukan berbagai perbuatan yang tidak suci, sehingga kesadaran akan dosa itu telah melekat dalam hati setiap manusia. Masalahnya adalah ketika kita ingin menjalani kehidupan yang kudus, murni dan sempurna, semua usaha kita hanya berujung pada kegagalan, hal ini dapat membuat kita stres dan putus asa. Apakah sesungguhnya kita dapat menjalani kehidupan yang kudus? Bagaimana caranya? 

          Untuk dapat hidup kudus, kita harus mengetahui terlebih dahulu seperti apa kekudusan yang sesungguhnya itu. Pada mulanya ketika Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah sendiri (Gen 1:26-27), di sini jelas bahwa kekudusan itu adalah rupa dan gambar Allah sendiri. Artinya kehidupan manusia sejak awal telah didesain sama seperti kehidupan Allah sendiri yang kudus dan tidak bercela, sehingga seharusnya manusia tidak perlu berusaha keras untuk hidup kudus, melainkan cukup hidup normal sesuai dengan sifat alamiahnya yang memang kudus sama dengan sifat Allah sendiri. Tetapi sayangnya, melalui kehendak bebasnya, manusia pertama (Adam dan Hawa) memilih untuk berbuat dosa, sehingga gambar dan rupa Allah dalam diri manusia mengalami kematian atau kehancuran (Gen 2:16-17), sejak saat itu seluruh keturunan Adam dan Hawa tidak lagi mewarisi sifat alamiah Allah yang kudus, melainkan sifat dosa Adam (Gen 5:1-3 ; Rom 3:23).

          Berdasarkan pengertian di atas, sebenarnya tidaklah mengherankan jika setiap manusia tidak dapat menjalani kehidupan yang kudus, seberapapun besar usaha yang dikerahkan untuk hidup sama seperti yang dikehendaki Allah. Dengan demikian, hal utama yang diperlukan manusia untuk dapat hidup kudus adalah sifat alamiahnya harus diubahkan menjadi baru terlebih dahulu, sama dengan sifat alamiah Allah sendiri yang kudus. Hal ini tentu saja tidak mungkin dapat kita peroleh dengan usaha kita sendiri, sebab sifat alamiah manusia itu adalah rohani, sehingga tidak dapat diubah melalui cara-cara jasmani. Tetapi syukur kepada Allah yang telah mengutus Tuhan Yesus ke dunia untuk menebus dosa manusia, sehingga setiap orang yang percaya kepadaNya, diselamatkan dari dosa dan dilahirkan kembali menjadi manusia baru secara roh (2 Cor 5:17 ; John 3:16). Di dalam Kristus, roh manusia yang berdosa mati, dan roh yang baru dibangkitkan, sehingga dosa tidak lagi berkuasa (Rom 6:2-11), jadi jelas bahwa melalui kelahiran kembali di dalam Kristus, kita memliki roh yang baru, sifat alamiah yang baru, yang kudus, sama dengan sifat Allah sendiri (1 Pet 1:23).

          Jika demikian, setiap orang yang telah lahir baru di dalam Kristus seharusnya dapat secara normal menjalani kehidupan yang kudus, baik di dalam hati, pikiran, perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman semua orang yang telah lahir baru, pada awal saat seseorang mengalami kelahiran baru, dia berubah secara radikal, dari kehidupan dosa menjadi kudus secara otomatis, tidak diragukan lagi bahwa pengalaman ini benar-benar mengubahkan manusia berdosa menjadi kudus, baik secara identitas (Rom 1:7 ; 2 Cor 5:21), maupun dalam pikiran, perkataan dan perbuatan mereka (Acts 2:41-47). Memiliki roh yang baru berarti memiliki sifat alamiah yang baru, sehingga jiwa dan tubuh kita pun memiliki kesenangan yang baru, yaitu segala hal yang kudus, segala hal yang selaras dengan sifat alamiah Allah yang didasari oleh kasih dan kekudusan. Rahasia hidup kudus adalah terus menerus menjalani kehidupan berdasarkan roh kita yang baru (Gal 5:16-25), berpikir, merasa, menghendaki dan bertindak berdasarkan kesenangan baru roh kita yang kudus, hal ini membuat hidup kudus itu normal dan sangat menyenangkan.

          Tetapi mengapa realitanya banyak orang kristen yang telah lahir baru masih berbuat dosa? Hal ini juga terjadi pada Adam dan Hawa, manusia pertama yang diciptakan sesuai citra Allah yang kudus tetapi jatuh dalam dosa. Penyebab utama manusia pertama jatuh dalam dosa adalah ketika pikiran mereka disesatkan oleh ajaran atau pengetahuan yang salah, pikiran Hawa menerima ajaran sesat iblis (2 Cor 11:3). Ajaran yang salah didasari oleh pengertian bahwa seolah-olah anugerah Allah bagi manusia itu tidak cukup, manusia masih banyak kekurangan, sehingga manusia masih perlu berjuang untuk menjadi lebih baik. Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Allah pada mulanya (Gen 1:26-27), begitu pula setiap orang yang percaya kepada Yesus dilahirkan kembali dari firman Allah yang hidup dan kekal (1 Pet 1:23), sehingga ia tidak kekurangan sesuatu apapun yang baik. Setiap manusia yang telah dilahirkan kembali di dalam Kristus tidak perlu berjuang menjadi lebih baik, tetapi cukup menerima fakta bahwa di dalam Kristus ia telah menjadi manusia baru yang sempurna (Eph 5:25-27), dan buahnya adalah kehidupan yang kudus. Untuk penjelasan yang lebih lengkap, silakan baca artikel "Mengapa orang kristen lahir baru masih berbuat dosa?"

          Bagian kita sebagai orang kristen yang telah lahir baru adalah menjaga agar pikiran kita agar jangan menjadi serupa dengan cara berpikir dunia yang telah tercemar dosa, tetapi terus belajar mengenal diri kita yang baru di dalam Kristus dengan memperbaharui pikiran kita selaras dengan kehendak Allah yang sempurna bagi manusia (Rom 12:2). Jika kita telah mengetahui kebenaran siapa diri kita yang baru, maka selanjutnya kita hanya perlu terus memandang dan menanamkan kebenaran tersebut dalam hati kita (Rom 6:11). Ingat baik-baik, bahwa iblis selalu berusaha menyesatkan kita supaya kembali dalam kehidupan dosa dengan tujuan untuk menghancurkan kehidupan kudus yang sangat diberkati oleh Allah. Roh manusia yang baru memang telah sempurna tanpa cacat (Eph 5:25-27), tetapi jiwa manusia adalah area kehendak bebas, sehingga manusia yang telah lahir baru tetap dapat membuat pilihan yang salah jika pikirannya menerima ajaran atau pengaruh yang menyimpang dari kebenaran.