Jumat, 04 Desember 2015

Apakah di dalam Kristus ada berkat kekayaan keuangan, dan bagaimana cara menerimanya? bagian 2

Lanjutan bagian 1.


          Untuk memahami sikap dan tindakan seorang pengelola yang benar, kita dapat melihat bahwa pada mulanya Tuhan menempatkan Adam di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Gen 2:15). Di sini jelas, bahwa Adam pada mulanya diciptakan tanpa dosa, dan tentu saja memiliki hikmat Allah, tetapi perhatikan bahwa Adam tidak pernah diberikan uang oleh Tuhan, sebaliknya ia ditempatkan di taman Eden untuk bekerja mengelola aset terlebih dahulu. Meskipun banyak orang berpikir bahwa taman Eden itu pastilah sudah sempurna pada awal penciptaannya, tetapi sebenarnya taman itu masih harus diusahakan, dikelola, dikembangkan dan dipelihara untuk mencapai potensi terbaiknya. Alkitab menyatakan bahwa Allah memberikan segala kekayaan (aset) yang ada di dalam taman Eden untuk dinikmati oleh Adam, dan hal itu tidak mungkin terjadi tanpa dikelola dan diusahakan terlebih dahulu (Gen 2:8-17). Jadi jelas bahwa untuk menikmati berkat keuangan secara fisik, setiap anak Tuhan juga harus bekerja untuk mengelola kekayaan Allah (aset) yang sudah ada di dunia ini dengan hikmat Tuhan.

          Kekayaan Allah (aset) yang ada di dunia ini meliputi segala aspek dalam kehidupan, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, dunia binatang, dunia tumbuh-tumbuhan, industri, perdagangan, seni, olah raga, pertanian, ekonomi, kelautan, teknologi, arsitektur, otomotif, kuliner, fashion, kedokteran, obat-obatan, musik, literatur, bahasa, hiburan dan lain sebagainya.

          Tuhan Yesus berkata "Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKu lah pengusahanya. Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah." (John 15:1-2). Hal ini adalah suatu gambaran yang indah mengenai seorang pengusaha yang kaya, tidak ada orang kaya yang menganggur, semuanya bekerja untuk melipatgandakan benih dengan hikmat yang benar. Demikian pula setiap anak Tuhan hendaklah bekerja, ada banyak pekerjaan yang baik, pekerjaan yang sesuai minat dan bakat tiap-tiap orang, tidak menjadi masalah seberapa besar penghasilannya pada awalnya, tetapi pandanglah hal tersebut sebagai suatu benih kekayaan dari Tuhan yang harus dikelola dan dilipatgandakan dengan hikmat Allah, maka hasilnya adalah kekayaan keuangan yang berlimpah-limpah. 

          Jangan tertipu dengan berbagai macam pengajaran mengenai kekayaan yang tidak selaras dengan perjanjian baru, ajaran yang memiliki dasar bahwa seolah-olah Tuhan belum memberikan berkat, dan gereja harus melakukan berbagai metode dari hukum Taurat untuk mendapatkan berkat kekayaan secara instan, semuanya itu bersifat ilusi dan menyesatkan. Rasul Paulus memberikan teladan yang baik dengan rajin bekerja sehingga ia dapat memenuhi kebutuhannya dan tidak pernah menjadi beban bagi siapapun, bahkan ia dengan tegas menyatakan bahwa jika seseorang yang tidak mau bekerja janganlah ia makan (2 Thes 3:7-10). Tetapi apa perbedaannya dengan orang dunia jika gereja Tuhan juga harus bekerja untuk mendapatkan berkat keuangan yang melimpah? Memang secara teknis seolah-olah tidak ada perbedaan dengan orang yang tak mengenal Allah, tetapi sebenarnya sangat besar perbedaannya jika dilihat dari sudut pandang kasih karunia Tuhan, sekarang mari kita lihat perbedaannya.

          Akibat dosa Adam, manusia akan bersusah payah mencari rejeki seumur hidupnya (Gen 3:17-19), sebaliknya di dalam Kristus, segala sesuatu bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Allah (Rom 8:28 NKJV).
Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, dan tidak ada masalah yang mengikutinya (Prov 10:22), sebaliknya bahwa orang dunia memiliki banyak masalah di dalam kekayaannya.
Motivasi orang benar bukanlah mencari kekayaan, tetapi mengelola dan melipat-gandakan benih kekayaan yang telah ada di dunia ini dengan hikmat Allah, sebaliknya motivasi orang dunia adalah ingin menjadi kaya, akibatnya mereka mengalami banyak penderitaan dan duka cita (1 Tim 6:9-10).
Anak Tuhan tidak perlu menjadi hamba uang, sebab Allah menjamin keuangan mereka (Heb 13:5), sebaliknya bagi orang dunia, mau tidak mau mereka menjadi budak uang, sebab tidak ada jaminan keuangan dari siapapun.
Anak Tuhan tidak perlu kuatir dan takut masalah keuangan sebab hidup kita bergantung pada Allah sebagai Bapa dan Raja kita (Mat 6:31-33 ; Mat 7:11), sebaliknya orang dunia selalu takut dan kuatir, sebab hidup mereka bergantung pada uang.
Anak Tuhan bekerja dengan sikap hati sebagai orang yang memiliki hak atas kekayaan dan untuk menikmatinya, sebab mereka adalah ahli waris janji-janji Allah yang kaya (Rom 8:17), tetapi orang dunia tidak yakin mereka dapat menjadi kaya, mereka bersikap bahwa mendapatkan kekayaan itu adalah suatu usaha yang belum pasti, hanya untung-untungan seperti judi.