Jumat, 27 November 2015

Apa penyebab kematian Ananias dan Safira ?

          Banyak hamba Tuhan ataupun sarjana teologi yang memiliki penafsiran berbeda-beda mengenai topik ini, tetapi satu hal yang seringkali membuat orang kristen merasa resah atau kuatir adalah peristiwa kematian Ananias dan Safira itu terjadi di jaman perjanjian baru. Kita telah mengetahui bahwa hukum taurat berlaku dalam perjanjian lama, tetapi dalam perjanjian baru berlaku hukum kasih karunia, karena Tuhan Yesus telah menanggung dan menebus dosa dunia (1 Cor 11:25), Jika seseorang berbuat dosa di bawah hukum taurat, dia bisa dihukum mati, itu adalah hal yang biasa pada saat itu, tetapi di bawah kasih karunia, mengapa bisa terjadi peristiwa seperti yang dialami oleh Ananias dan Safira (Acts 5:1-11) ?

          Biasanya ketika orang kristen membaca kisah ini, kesimpulannya adalah sebagai berikut, Ananias dan Safira telah berbuat dosa, rasul Petrus menyingkapkan dosa mereka, mereka tidak mengakui dosa mereka, dan akhirnya Allah menghukum mati mereka. Kesimpulan semacam ini menimbulkan banyak konsekuensi negatif dalam kehidupan gereja Tuhan, seolah-olah Allah itu suka menghukum dan tidak suka mengampuni. Akibatnya banyak orang kristen yang hidup dalam kekuatiran dan ketakutan bahwa sewaktu-waktu Allah dapat menghukum jika mereka berbuat salah. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah itu kasih (1 John 4:8), Ia adalah penyayang, pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia (Psa 103:8-14). Allah memang sangat benci dengan dosa, dan Ia tidak pernah mentolerir dosa, tetapi di dalam perjanjian baru, Tuhan Yesus telah menanggung murka Allah dengan memikul dosa manusia di atas kayu salib (Rom 5:8-9).

          Jika kita perhatikan dengan teliti mengenai peristiwa kematian Ananias dan Safira, tidak satu ayatpun yang menyatakan bahwa Allah atau Roh Kudus menghukum mati mereka, jadi apa sebenarnya penyebab kematian mereka? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus terlebih dulu mengetahui bahwa dosa itu sendiri pada dasarnya sangatlah merusak dan berbahaya bagi siapapun yang berurusan dengannya, Alkitab menyatakan bahwa upah dosa adalah maut (Rom 6:23). Meskipun tidak semua dosa secara instan membawa maut, tetapi prosesnya jelas menuju kepada maut atau kematian, Alkitab juga menyatakan bahwa tiap-tiap orang (termasuk orang kristen) dicobai oleh keinginannya sendiri, apabila kenginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa, dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (James 1:14-15). 

          Prinsipnya jelas bahwa siapapun yang bermain-main dengan dosa, upahnya adalah maut. Sebagai contohnya, jika ada seseorang (termasuk anak Tuhan) yang menyalahgunakan obat-obatan (narkoba), kebut-kebutan di jalan raya, berkelahi secara massal (tawuran), dan lain sebagainya, jelas semua ini memiliki resiko kematian jasmani secara instan akibat perbuatan dosanya sendiri. Tetapi ada juga dosa yang tidak membawa maut secara instan, seperti dosa amarah, sakit hati, dendam, iri hati, mencuri, membunuh, berzinah dan lain sebagainya, semuanya ini tetap pada prosesnya menuju kepada maut. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kita sebagai manusia masih bisa berbuat dosa, dan Allah selalu mengampuni dosa kita karena karya Kristus di atas salib, tetapi apabila kita tidak mau bertobat dan meninggalkan dosa itu, maka hanya masalah waktu dosa dapat membunuh kita baik secara jasmani ataupun rohani.

          Jadi apa penyebab kematian Ananias dan Safira? Jelas penyebabnya adalah dosanya sendiri yang tidak mau mereka tinggalkan. Memang mereka mengalami kematian di hadapan rasul Petrus yang menyingkapkan dosa mereka di bawah kuasa Roh Kudus, seolah-olah Roh Allah yang menghakimi dan menghukum mati mereka, tetapi sebenarnya yang terjadi adalah dosalah yang membunuh mereka di hadapan Petrus.

          Mengapa Petrus bisa mengetahui bahwa Safira juga akan mati sama seperti Ananias (Acts 5:9), seolah-olah Petruslah yang menghakimi dan menghukum mereka ? Dalam konteks ini Petrus ada di bawah karunia pengetahuan dari Roh Kudus sehingga ia bisa mengetahui dosa yang disimpan oleh Ananias dan Safira, di bawah karunia pengetahuan ini jugalah Petrus mengetahui bahwa mereka akan mati di hadapannya akibat dosa.

          Bukankah dosa Ananias dan Safira termasuk dosa kecil, yaitu mendustai dan mencobai Roh Tuhan? Tidak ada dosa kecil ataupun besar, semua dosa menghasilkan maut, hanya saja kita tidak mengetahui secara tepat kapan waktunya bahwa dosa itu menjadi matang dan akhirnya melahirkan maut. Jalan satu-satunya terbebas dari konsekuensi dosa adalah dengan bertobat dan meninggalkan perbuatan dosa tersebut (John 5:14).

          Bukankah di dalam perjanjian baru, Allah selalu mengampuni setiap dosa orang percaya? Memang di dalam Kristus, orang percaya mendapatkan pengampunan dosa sekali untuk selamanya (Heb 10:14), tetapi dosa tidak pernah mengampuni setiap orang yang bermain-main dengannya. Dosa membawa maut (Rom 6:23), dosa menghalangi hal yang baik datang (Jer 5:25), dosa memisahkan manusia dari Allah (Isa 59:2), dosa membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah (Rom 3:23), dan segala hal buruk lainnya dihasilkan dari dosa (John 5:14).

          Apakah Ananias dan Safira mati masuk surga atau neraka? Tidak perlu diragukan lagi, apabila mereka telah menerima keselamatan di dalam Kristus, dan tetap berpegang pada iman itu, jelas mereka tetap selamat masuk surga dan hanya mengalami kematian jasmani saja. Tetapi sebaliknya, jika mereka tidak pernah menerima anugerah keselamatan di dalam Kristus, mereka akan mengalami kengerian neraka.

          Apakah ada kemungkinan bahwa Allahlah yang sebenarnya menghakimi dan menghukum mati Ananias dan Safira? Jika di kehidupan ini Allah mau menghakimi dan menghukum mati setiap pelaku dosa, maka tentu saja saat ini tidak ada satu manusiapun yang masih hidup di dunia ini, semuanya mati, sebab semua orang melakukan dosa, tanpa kecuali. Tetapi Alkitab perjanjian baru jelas menyatakan bahwa manusia akan dihakimi Allah setelah mati (Heb 9:27), Allah sabar terhadap pendosa sebab Ia menghendaki setiap orang jangan ada yang binasa (2 Pet 3:9), tetapi apabila manusia mati tanpa Kristus, mereka mati dalam keadaan berdosa (Rom 3:23-26), maka pada penghakiman tahta putih mereka akan dihukum dalam lautan api kekal selamanya (Rev 20:11-15). 

          Bagaimana dengan penyebab kematian Herodes? Apakah ia dihukum mati oleh Allah melalui malaikat yang menamparnya karena sombong dan tidak menghormati Allah (Acts 12:20-23)? Jika dibaca sekilas memang peristiwa kematian Herodes ini disebabkan oleh malaikat Allah yang menampar dia karena dosa tidak menghormati Allah. Tetapi jika kita baca dengan teliti, malaikat Tuhan hanya menampar Herodes, dan ia mati dimakan cacing-cacing, artinya bukan malaikat yang membunuhnya. Dalam konteks ini, Alkitab sebenarnya sedang menjelaskan bahwa Herodes berdosa dengan menyombongkan diri di hadapan orang Tirus dan Sidon dengan menerima penghormatan sebagai Allah, seketika itu malaikat Tuhan menamparnya (bukan membunuhnya). Dan Alkitab menyatakan pada akhirnya ia mati dimakan cacing-cacing untuk membuktikan suatu realita bahwa ia bukanlah Allah, tetapi hanya manusia biasa yang mati di dalam dosanya.