Jumat, 29 Mei 2015

Apa saja pengajaran yang salah mengenai "sakit penyakit dan kesembuhan ilahi" ? bagian 1

          Di kalangan orang kristen dan berbagai denominasi gereja terdapat banyak sudut pandang yang berbeda mengenai sakit penyakit dan kesembuhan. Hal ini sebenarnya membawa banyak kerugian bagi gereja Tuhan sendiri, sebab pengajaran yang benar selalu menghasilkan kemerdekaan (John 8:32), termasuk kemerdekaan dari sakit penyakit, sebaliknya pengajaran yang salah adalah seperti pohon yang buruk, tentu saja buahnya juga buruk (Mat 7:17-18). Sebenarnya setiap pengajaran bersumber dari Alkitab yang sama, tetapi kita harus tetap berpegang pada konteks untuk mengerti kebenaran. Oleh sebab itu dalam hal ini suatu pengajaran dinyatakan benar atau salah akan diukur berdasarkan apakah pengajaran itu selaras dengan logika yang sehat dari sudut pandang perjanjian baru, mengapa demikian? Sebab saat ini kita hidup di masa perjanjian baru, masa anugerah di dalam Kristus Yesus.  Mungkin lebih baik kita mulai saja melihat berbagai pengajaran popular yang salah mengenai sakit penyakit dan kesembuhan di kalangan gereja Tuhan.


          Ajaran bahwa sakit penyakit itu adalah hukuman Allah atas dosa umatNya. Pengajaran ini didasarkan pada jaman hukum taurat Musa di perjanjian lama, tetapi saat ini adalah masa perjanjian baru dimana Tuhan Yesus telah menebus dosa dunia ini, Allah sudah tidak murka lagi (John 3:16-18). Jelas ajaran ini sudah tidak berlaku lagi saat ini, ajaran ini juga menekankan pertobatan manusia di hadapan Allah adalah satu-satunya jalan untuk memperoleh kesembuhan. Ajaran yang benar dalam konteks ini adalah manusia dapat menderita sakit penyakit akibat dosanya sendiri yaitu pelanggaran atas hukum-hukum kesehatan yang telah ditetapkan Allah, dan sebaliknya jika manusia mentaatinya maka ia akan sembuh. Hukum kesehatan itu pada prinsipnya adalah: segala hal yang merugikan kesehatan harus dihindari, dan sebaliknya yang bermanfaat harus dijalani (1 Tes 5:21-23).

          Ajaran bahwa sakit penyakit itu memang bagian dari rencana kedaulatan Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anakNya. Ajaran ini tidak tepat sebab Allah adalah sumber segala hal yang baik (James 1:17) tetapi realitanya sakit penyakit adalah sesuatu yang buruk, dan tidak ada jaminan bagi orang yang menderita sakit penyakit akan memperoleh kebaikan apapun bahkan sampai matinya. Perjanjian baru memang mengajarkan bahwa Allah terkadang mendisiplin atau menghajar anak-anakNya untuk kebaikan si anak (Heb 12:5-10). Jikalau kita perhatikan ayat-ayat sesuai konteksnya, kita akan mengetahui bahwa orang tua duniawi saja mendisplin anaknya atas dasar kasih, tidak mungkin sampai menderita sakit penyakit, apalagi Bapa di surga. Jika Allah mendisplin seseorang melalui penyakit, maka seharusnya Allah juga berkewajiban untuk menyembuhkannya. Lucunya banyak orang kristen yang sakit berkata bahwa penyakitnya adalah kehendak Allah bagi dia, tetapi dia berjuang sendiri untuk sembuh melalui dokter dan obat-obatan, hal ini berarti dia melawan kehendak Allah, sungguh suatu hal yang kontradiksi (bertentangan). Ajaran yang benar dalam konteks ini adalah anak-anak Tuhan memang dapat menderita sakit penyakit, tetapi bukan Allah penyebabnya, sebaliknya Allah dapat mengubah sakit penyakit itu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya (Rom 8:28).

          Ajaran bahwa sakit penyakit itu adalah suatu pencobaan dari si jahat yang diijinkan Allah untuk menguji iman anak-anakNya. Ajaran ini didasarkan oleh kisah Ayub di perjanjian lama, tetapi ajaran ini tidak tepat sebab jika di masa perjanjian baru memang Allah mengijinkan iblis mencobai anak-anakNya dengan penyakit seperti Ayub, maka Allah juga berkewajiban untuk memllihkan keadaan anak-anakNya sama seperti ketika Dia memulihkan Ayub (Job 42:10-16). Tetapi pada masa ini realitanya tidaklah demikian, meskipun orang yang sakit itu telah teruji imannya dengan tetap setia mengikut Kristus, tidak ada jaminan kesembuhan dan pemulihan dari Allah. Ajaran yang benar pada konteks ini adalah Allah tidak pernah mengijinkan si jahat mencobai anak-anakNya dengan sakit penyakit, tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri (hawa nafsu), jika hawa nafsu itu dituruti maka melahirkan dosa (pelanggaran hukum kesehatan) dan dosa yang sudah matang (jangka waktu tertentu) melahirkan penderitaan, sakit penyakit dan bahkan maut (James 1:13-15).

          Ajaran bahwa orang kristen dapat menderita sakit penyakit karena tidak membayar persepuluhan di gereja lokal. Meskipun konyol, tapi saya pernah mendengarnya sendiri ada seorang pendeta gereja lokal yang mengajar seperti itu, mungkin dia bermaksud menakut-nakuti jemaat supaya membayar persepuluhan di gerejanya. Ajaran ini memiliki dasar pemikiran bahwa jemaat Tuhan masih hidup di bawah hukum taurat, jadi harus membayar persepuluhan, jika melanggar hukum taurat maka dapat kena kutuk, salah satunya adalah sakit penyakit (Deut 28:21-22). Ajaran seperti ini tidak benar, sebab saat ini dalam perjanjian baru gereja Tuhan tidak hidup di bawah hukum taurat lagi, tetapi di bawah kasih karunia (Rom 6:14), sebab Tuhan Yesus telah menggenapi hukum taurat (Mat 5:17 ; Rom 8:3-4). Tidak hanya itu, Tuhan Yesus juga telah menebus kita dari kutuk hukum taurat (Gal 3:13), sehingga tidak mungkin gereja Tuhan pada masa kini mengalami sakit penyakit dari kutuk hukum taurat. Ajaran yang benar dalam konteks ini adalah bahwa pada masa kini, membayar persepuluhan atau tidak sebenarnya tidak mempengaruhi kesehatan, tetapi pengajaran pendeta tersebut bisa mempengaruhi kesehatan jemaatnya yang dibebani rasa takut, rasa bersalah dan stres (3 John 2 ; Prov 17:22).

Berlanjut ke bagian 2.