Minggu, 31 Mei 2015

Apa saja pengajaran yang salah mengenai "sakit penyakit dan kesembuhan ilahi" ? bagian 2

Lanjutan bagian 1.


          Ajaran bahwa mujizat kesembuhan hanya terjadi sampai pada jaman para rasul untuk meneguhkan pesan injil keselamatan. Ajaran ini tidak tepat, coba bayangkan, jika para rasul saja membutuhkan mujizat kesembuhan untuk meneguhkan pesan injil, apalagi kita. Hal ini terbukti bahwa salah satu tema ajaran rasul Paulus pada gereja di Korintus adalah mengenai karunia-karunia Roh, dan salah satu karunia Roh adalah karunia untuk menyembuhkan (1 Cor 12:9). Begitu pula Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa ada tanda-tanda yang menyertai orang percaya dan salah satunya adalah mujizat untuk menyembuhkan orang sakit (Mark 16:18). Yakobus juga menyatakan kepada orang-orang percaya Yahudi di perantauan untuk membawa oang yang sakit untuk didoakan oleh penatua jemaat, dan doa yang lahir dari iman akan menyembuhkan orang itu (Jas 5:14-16). Ayat-ayat di atas membuktikan bahwa kesembuhan ilahi tidak hanya terjadi pada jaman para rasul, tetapi adalah suatu tanda yang menyertai gereja atau orang-orang percaya sepanjang waktu.

          Ajaran bahwa kesembuhan ilahi hanya mungkin diterima melalui pelayanan pendeta atau hamba Tuhan yang diurapi secara khusus. Ajaran ini juga tidak tepat, jika kesembuhan ilahi hanya dapat terjadi melalui pelayanan beberapa orang yang diurapi saja, maka bagaimana jika setiap saat banyak orang sakit di berbagai tempat di dunia membutuhkan kesembuhan, apakah kita harus mengandalkan segelintir orang tersebut? Memang ada orang-orang yang memilliki karunia Roh untuk menyembuhkan orang sakit (1 Cor 12:9), tetapi mereka juga sangat terbatas, sebab mereka manusia biasa sama seperti kita. Jika kita perhatikan, semua mujizat kesembuhan itu sumbernya dari mana? Sepanjang kita membaca Alkitab perjanjian baru, segala kuasa kesembuhan yang dimiliki Tuhan Yesus, para rasul maupun gereja Tuhan berasal dari Roh Kudus (Acts 10:38 ; Acts 1:8 ; 1 Cor 12:9). Jadi jika saat ini Roh Kudus, pribadi Allah yang adalah sumber kuasa kesembuhan itu ada di dalam kita sebagai orang-orang percaya, mungkinkah Dia hanya diam saja melihat anak-anakNya menderita sakit penyakit? Mustahil! Setiap orang percaya memiliki hak penuh untuk menerima langsung kesembuhan ilahi dari Roh Kudus yang diam di dalam roh mereka (1 Tes 5:23). Untuk penjelasan lebih detil baca artikel "Apakah Tuhan Yesus sungguh telah menebus sakit penyakit dan penderitaan manusia? bagian 1 dan 2"

          Ajaran bahwa kesembuhan ilahi hanya dapat terjadi melalui doa, tetapi tergantung pada kehendak Allah, jika Allah menghendaki sembuh, maka orang sakit itu akan sembuh, sebaliknya jika tidak, maka orang yang sakit itu tetaplah sakit. Ajaran ini juga tidak tepat, hal ini adalah suatu gambaran dari orang kristen yang tidak memahami kehendak Allah. Ajaran ini berdasar pada sudut pandang perjanjian lama, dimana umat Allah sering berdoa dengan tekun untuk memperoleh jawaban doanya, tetapi semuanya kembali kepada kehendak Allah yang misterius. Tetapi di dalam perjanjian baru, Tuhan Yesus telah menanggung dosa manusia, sehingga setiap orang yang percaya kepadaNya diselamatkan (Rom 10:9-10), Tuhan Yesus juga berkata bahwa Ia datang untuk memberi hidup, hidup beserta segala kelimpahannya (John 10:10). Tidak hanya itu Rasul Paulus juga berkata bahwa jika Allah mengaruniakan AnakNya sendiri untuk kita, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruiakan segala sesuatu bersama-sama dengan Dia (Rom 8:32), segala berkat rohani di sorga telah dikaruniakan kepada kita di dalam Kristus (Ef 1:3). Semua ayat di atas membuktikan bahwa kehendak Allah adalah kesembuhan dan kesehatan bagi kita anak-anakNya, sehingga jelas bahwa kesembuhan ilahi dapat kita peroleh bukan melalui doa yang bersifat untung-untungan, tetapi suatu kepastian, seperti seorang anak yang mendapatkan apa yang dia minta dari bapanya yang baik (Luke 11:13 ; 1 John 5:14-15).

          Ajaran bahwa kesembuhan ilahi itu hanya dapat terjadi jika seseorang mendapatkan rhema (wahyu) secara langsung dari Allah, jika tidak, maka tidak akan terjadi kesembuhan. Ajaran ini juga tidak tepat, sebab hal ini juga mirip dengan ajaran sebelumnya, yaitu tidak adanya kepastian akan kehendak Allah. Ada beberapa alasan mengapa ajaran ini tidak tepat, antara lain: jika kesembuhan ilahi dikaitkan dengan rhema dari Tuhan, siapa yang bertanggung jawab menerima rhema tersebut? Bagaimana ia tahu bahwa rhema itu dari Tuhan? Berapa lama untuk menguji rhema tersebut? Dengan cara apa menguji kebenaran rhema itu? Jika rhema itu diuji dengan firman Tuhan (Alkitab), maka berarti kita harus mengambil suatu ayat atau perikop keluar dari konteksnya? Jika yang terjadi adalah rhema yang salah, siapa yang bertanggung jawab? Setelah kita lihat berbagai alasan di atas, seharusnya kita mengerti bahwa ajaran tersebut sifatnya sangat spekulatif dan sama saja orang yang sakit tidak bisa terlalu mengharapkan kesembuhan ilahi. Ajaran perjanjian baru tidak bergantung pada sesuatu yang tidak pasti, sebaliknya iman adalah pengharapan yang memiliki dasar, yaitu bukti atau fakta rohani yang tidak dapat kita lihat dengan mata jasmani (Heb 11:1). Jadi apa dasar iman kita? Nabi Yesaya menubuatkan bahwa Tuhan Yesus akan menanggung penyakit dan memikul penderitaan kita (Isa 53:4) dan telah digenapi pada masa Yesus hidup di dunia ini (Mat 8:16-17), inilah dasar iman kita yang kokoh untuk menerima kesembuhan ilahi.

          Ajaran bahwa tidak ada kesembuhan ilahi pada jaman modern ini, harapan manusia untuk disembuhkan dari sakit penyakit hanya bergantung pada dokter. Ajaran ini juga tidak tepat, karena jelas tidak tahu atau tidak percaya akan kasih karunia melalui karya kristus yang telah sempurna bagi kebaikan manusia (Rom 8:32 ; Ef 1:3 ; John 10:10). Memang harus diakui bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan banyak dokter yang handal sudah banyak sekali berkontribusi bagi kesembuhan dan kesehatan manusia, tetapi semuanya itu masih sangat terbatas. Realitanya tidak ada dokter yang benar-benar menguasai segala sesuatu di bidangnya masing-masing, semua dokter mengaku masih banyak hal yang mereka tidak ketahui mengenai sakit penyakit dan solusinya. Tidak salah jika kita memanfaatkan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan medis dan kemampuan dokter, tetapi merupakan hal yang salah jika kita bergantung total kepada mereka, sebab semuanya itu sangat terbatas. Anak-anak Allah memiliki hak istimewa untuk menikmati kesembuhan dan kesehatan ilahi dari Allah yang tak terbatas secara langsung (1 Tes 5:23). Meskipun ada banyak orang kristen percaya bahwa Allah juga bekerja melalui dokter, tetapi hal ini masih tidak ada bukti yang pasti, sebab masih ada kontradiksi, Allah tidak mungkin membuat kesalahan atau mengalami kegagalan, sedangkan realitanya banyak dokter sering salah diagnosis dan gagal menyembuhkan pasien.

          Ajaran bahwa kesembuhan ilahi itu tidak bekerja dalam setiap situasi dan setiap waktu. Ajaran ini memiliki dasar cara pandang bahwa apabila seseorang mengalami kecelakaan atau penderitaan dalam bentuk apapun yang disebabkan oleh faktor dari luar, maka ia jelas perlu dokter untuk menolongnya. Misalnya: jika seseorang mengalami patah kaki akibat kecelakaan atau dilukai secara fisik oleh orang jahat, maka jelas ia perlu pertolongan riil dari dokter secepatnya. Hal ini tampaknya sangat logis, sebab orang yang menderita tersebut dalam keadaan kritis, sehingga memang butuh pertolongan orang lain secepatnya. Tetapi kita harus tahu bahwa dalam hal ini konteksnya bukanlah soal kesembuhan, tetapi kita harus mengarahkan iman kita pada perlindungan Tuhan. Tuhan Yesus tidak hanya menyediakan kesembuhan dari sakit penyakit, tetapi Dia juga menyediakan perlindungan bagi kita dari segala efek dosa yang ada di dunia ini, seperti malapetaka, kecelakaan, kutuk ataupun segala ancaman dari orang-orang jahat (Rom 8 :31-39 ; Gal 3:13 ; 1 John 5:18).

          Mungkin masih banyak ajaran-ajaran salah yang lain di kalangan gereja Tuhan sehingga banyak merugikan jemaat, tetapi jika kita memahami ajaran yang benar, maka setiap ajaran yang salah dapat kita kenali dengan mudah. Topik mengenai sakit penyakit dan kesembuhan ilahi memang sangat kontroversial sebab di dalam perjanjian baru, kesembuhan ilahi adalah hak istimewa bagi anak-anak Tuhan, tetapi masalahnya hal ini bersifat pribadi. Maksudnya, kesembuhan ilahi (divine healing) hanya dapat dialami bagi orang yang mengetahui, mempercayai dan menerima kebenaran seutuhnya mengenai apa yang telah Tuhan Yesus lakukan untuk menanggung penyakit dan memikul penderitaan manusia (Isa 53:4). Oleh sebab itu untuk memahami topik ini secara lebih mendalam, para pembaca diharapkan juga membaca artikel dengan judul "Apakah Tuhan Yesus sungguh telah menebus penyakit dan penderitaan manusia? bagian 1 dan 2".