Selasa, 29 Juli 2014

Apakah ada hukum yang absolut mengenai benar dan salah dalam hal moral ?

          Di dalam sejarah kehidupan manusia sampai saat ini, pertanyaan mengenai benar dan salah dalam hal etika atau moral masih menjadi perdebatan yang luas, perbedaan pendapat dalam hal ini tidak hanya terjadi dalam ruang lingkup bangsa, suku, ras dan agama saja, tetapi juga secara individu. Karena begitu banyaknya perbedaan cara pandang mengenai etika dan moral, dunia ini penuh dengan kekacauan, perselisihan dan bahkan perang yang terus menerus terjadi hingga kini, sebab masing-masing pihak menganggap bahwa dirinya sendiri benar. Jadi apakah sebenarnya ada hukum atau etika moral yang absolut secara universal mengenai benar dan salah? Atau apakah etika moral "benar dan salah" itu bersifat relatif dan berbeda-beda bagi setiap orang?

          Alkitab menyatakan bahwa seluruh manusia yang ada di bumi ini berasal dari satu orang (Adam) (Acts 17:26), Allah menciptakan Adam, dan membentuk Hawa dari tulang rusuk Adam untuk menjadi istrinya (Gen 2:21-24), melalui Adam dan Hawa inilah seluruh manusia di atas bumi berasal (Gen 1:28). Semua ini memiliki arti bahwa sesungguhnya setiap manusia memiliki kode etik moral yang sama, berdasarkan asal usulnya, secara alami manusia memiliki hukum moral yang absolut dan universal mengenai benar dan salah yang tertulis dalam hatinya (Rom 2:14-15). Hukum moral yang absolut sebenarnya merupakan sifat dan karakter Allah sendiri, sebab Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambarNya (Gen 1:26), hal ini menunjukkan bahwa pada mulanya manusia hidup sesuai dengan hukum moral Allah secara alami. Tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa, terjadi pencemaran dan kerusakan pada sifat alamiahnya, itulah yang disebut "kematian" gambar dan rupa Allah pada manusia. Meskipun demikian, dalam hatinya yang terdalam manusia masih mengetahui hukum moral Allah yang absolut, tetapi manusia tidak sanggup menguasai dirinya sendiri, sebab segala pikiran dan perbuatannya menjadi budak dari hawa nafsu dosa (Ef 2:1-3; Rom 7:20).

          Tetapi apakah setiap manusia benar-benar memiliki pengetahuan yang sama akan hukum moral yang absolut dan universal  itu? Ya tentu saja, meskipun tidak ada daftar perbuatan yang benar dan salah secara detail, tetapi hukum moral itu didasari oleh sifat dan karakter Allah sendiri. Alkitab menyatakan bahwa buah Roh (sifat dan karakter Allah) adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Gal 5:22-23). Semua orang dimanapun mereka berada, dari segala ras, suku, kelompok, budaya dan agama manapun tidak ada yang menentang segala sifat dan karakter Allah itu, bahkan mereka semua setuju dan ingin mewujudkan hukum moral yang absolut dan universal itu secara pribadi. Meskipun demikian, kita tahu bahwa manusia gagal hidup berdasarkan hukum moral Allah, sebab mereka telah dikuasai oleh dosa, sifat alamiah mereka telah rusak oleh egoisme, hawa nafsu dan keinginan daging (Gal 5:19-21), oleh sebab itu setiap orang menyadari bahwa mereka adalah orang berdosa (Rom 7:13-23; Rom 3:23).

          Apakah tidak ada manusia yang berdosa yang dapat melakukan perbuatan yang baik dan benar? Tentu saja semua manusia berdosa dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, tetapi sifatnya sangat terbatas, secara umum manusia berdosa melakukan perbuatan yang baik dan benar untuk kepentingan diri sendiri. Pikiran rasional manusia untuk melakukan hukum moral yang absolut tidak didasarkan pada sifat atau karakter alamiahnya, melainkan didasarkan pada tujuan untuk bertahan hidup, coba kita bayangkan jika semua manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat tanpa batas, manusia akan punah dalam waktu cepat. Meskipun dalam sejarah, manusia terus berusaha untuk belajar dan memperbaiki diri dengan tujuan mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik, semuanya itu masih menemui banyak kegagalan, relitanya kehidupan manusia semakin memburuk dalam segala aspek, terutama dalam aspek etika dan moral (2 Tim 3:1-9).

          Alkitab menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling utama untuk dipulihkan secara moral adalah dilahirkan kembali terlebih dahulu (John 3:3-6), menjadi ciptaan baru yang serupa dan segambar dengan Allah (2 Cor 5:17; 1 Pet 1:23), semuanya ini hanya dapat terjadi jika manusia mau menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (John 1:12-13). Setelah menjadi ciptaan baru, manusia bertanggung jawab untuk terus memperbaharui pikiran dan akal budinya sesuai dengan gambar Allah (Col 3:9-10; Rom 12:2), tentu saja hal ini tidak terjadi dalam semalam, tetapi melalui proses yang panjang. Tetapi ketika manusia berdosa dilahirkan kembali menjadi ciptaan yang baru, sifat alamiahnya juga berubah menjadi baru, sesuai dengan rupa dan gambar Allah (1 Pet 1:23), sehingga ia dapat dengan sukacita menjalani hidupnya berdasarkan hukum moral Allah yang absolut tanpa menganggapnya sebagai beban atau peraturan.

          Sebaliknya jika orang yang telah lahir baru kembali melakukan perbuatan dosa secara moral, maka sebenarnya ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan sifat alamiahnya yang baru, sehingga jiwanya akan tersiksa dan  tidak mengalami sukacita. Tetapi orang yang mengalami hal seperti itu biasanya akan bertobat dan berbalik dengan sendirinya untuk kembali hidup sesuai dengan sifat alamiahnya yang sudah selaras dengan sifat Allah (Rom 6:1-14).