Kamis, 22 Mei 2014

Apakah di masa perjanjian baru Allah masih murka terhadap pendosa ?

          Topik ini seringkali masih menjadi perdebatan di kalangan gereja Tuhan, banyak denominasi gereja yang berpegang teguh pada pengajaran bahwa di masa perjanjian lama Allah tidak pernah mentolerir dosa, demikian pula di masa perjanjian baru, Allah pasti menyatakan murkanya terhadap semua orang yang berbuat dosa. Sifat Allah yang kudus memang tidak dapat dipisahkan dari penghakiman dan penghukuman terhadap dosa, masalahnya jika Allah menyatakan murkanya terhadap semua orang yang berbuat dosa, maka saat ini tentu saja tidak ada seorang manusiapun yang masih tersisa, sebab semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rom 3:23). Jadi bagaimana seharusnya kita memandangnya, apakah Allah masih murka terhadap pendosa, dan mengapa banyak pendosa yang masih hidup di dunia ini?

          Alkitab menyatakan bahwa Allah membenci semua orang yang melakukan kejahatan (Psa 5:5-7) dan semua kejahatan itu adalah dosa (1 John 5:17). Hal ini tidak boleh kita lupakan atau kita anggap remeh, sifatnya yang kudus tidak pernah berubah dari kekal sampai kekal, jadi memang benar bahwa reaksi alamiah Allah terhadap segala jenis bentuk kejahatan adalah murka, penghakiman dan penghukuman (Gen 6:5-7). Tetapi meskipun Allah itu kudus dan selalu membenci dosa, Allah juga adalah kasih (1 John 4:8), sejak permulaan manusia jatuh dalam dosa, Allah berinisiatif untuk menutupi ketelanjangan atau dosa manusia (Gen 3:21) dan berjanji untuk menyelamatkan manusia seutuhnya melalui salah satu keturunan Hawa (Gen 3:15). Dan janji itu digenapi melalui Tuhan Yesus Kristus, Ia rela berkoban untuk menebus dosa dunia, sehingga setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (John 3:16). 

          Tuhan Yesus rela berkorban untuk menanggung murka Allah terhadap semua pendosa supaya manusia dapat diperdamaikan dengan Allah (Rom 5:8-10), sebagai hasilnya murka Allah terhadap manusia berdosa telah diredakan dan dipuaskan, dan pengampunan dosa dan pembenaran tersedia di dalam Kristus satu kali untuk selamanya (Heb 10:10-12). Ini bukan berarti Allah dapat menerima atau mentolerir dosa, Allah tetap membenci dosa, tetapi Ia telah melimpahkan otoritas dan kuasa kepada Tuhan Yesus untuk menghakimi manusia yang berdosa (John 5:26-27). Pada saatnya nanti, pada kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, Ia akan menghakimi seluruh bumi (2 Pet 3:10-12), dan pada penghakiman takhta putih semua pendosa akan dihakimi dan dihukum menurut perbuatannya (Rev 20:11-15).

          Jika Allah tidak murka lagi, apakah setiap perbuatan dosa yang diperbuat manusia tidak memiliki konsekuensi apapun? Kita harus mengetahui bahwa sifat alamiah dari dosa itu sendiri sangat merusak dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang sangat fatal baik bagi diri sendiri maupun orang lain, Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa upah dosa adalah maut (Rom 6:23 ; Jam 1:15), kesalahan dan dosa manusia menghambat atau menghalangi hal-hal yang baik datang (Jer 5:25 ; Isa 59:1-2). Hal ini jelas bahwa tanpa murka Allah, dosa itu sendiri membawa berbagai penderitaan, kesusahan dan kematian bagi manusia, jadi meskipun kita sebagai gereja Tuhan hidup di masa kasih karunia perjanjian baru, jangan pernah bermain-main dengan dosa supaya kita terhindar dari berbagai konsekuensi buruk yang sebenarnya tidak perlu kita alami. Jika gereja melakukan dosa, hanya satu yang diperlukan untuk terhindar dari konsekuensi yang lebih buruk, yaitu pertobatan untuk meninggalkan dosa selamanya (John 5:14).