Rabu, 02 April 2014

Apakah keselamatan "orang percaya" itu bisa hilang ?

          Topik ini sering menjadi perdebatan di antara gereja Tuhan sendiri, sebagian mempercayai bahwa keselamatan itu bisa hilang, sedangkan sebagian lagi percaya bahwa keselamatan itu bersifat permanen atau tidak bisa hilang. Perbedaan cara pandang itu didasari oleh beberapa ayat Alkitab yang tampak bertentangan satu sama lain, seperti pernyataan Alkitab bahwa orang kristen dapat menjadi murtad (Heb 6:4-6), dan juga pernyataan Alkitab bahwa jika kita telah dibenarkan oleh darah Kristus, maka kita pasti diselamatkan dari murka Allah (Rom 5:9-10). Contoh kedua ayat ini memang bersumber dari Alkitab, tetapi dapat menimbulkan dua macam pengajaran yang saling bertentangan satu sama lain, jadi bagaimana ajaran yang benar?
         
          Memang kedua pengajaran ini bersumber dari Alkitab, tetapi tidak mungkin keduanya bisa benar secara bersamaan, sehingga pasti hanya salah satu yang benar, oleh sebab itu untuk mengetahui mana yang benar maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah hakekat dari keselamatan itu. Keselamatan itu selalu berkaitan dengan dosa, pada mulanya manusia tidak perlu diselamatkan karena manusia diciptakan tanpa dosa, tetapi mengapa manusia yang serupa dan ssegambar dengan Allah itu bisa jatuh dalam dosa dan mengalami kematian rohani? Alkitab menyatakan bahwa meskipun manusia ditipu oleh iblis, tetapi sebenarnya manusia itu mengambil keputusan untuk berbuat dosa dari kehendak bebasnya sendiri (Jam 1:14-15). Allah menetapkan jalan keselamatan itu memang bukan melalui usaha manusia, tetapi tetap harus melibatkan kehendak bebasnya, melalui iman percaya kepada Yesus Kristus (Eph 2:4-8).

          Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa hakekat dari keselamatan itu tidak hanya karena begitu besar kasih Allah terhadap dunia ini, tetapi juga setiap orang harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus agar tidak binasa dan memperoleh hidup yang kekal (John 3:16).

          Melalui dasar inilah kita dapat mengambil kesimpulan bahwa jika Adam dan Hawa yang diciptakan tanpa dosa, dan mereka dapat meninggalkan Allah melalui kehendak bebasnya, maka saat ini gereja Tuhan yang sudah diselamatkan, juga dapat meninggalkan Tuhan Yesus melalui kehendak bebasnya. Tetapi kita harus mengerti bahwa keselamatan itu tidak bisa hilang dalam cara apapun selama kita masih bergantung pada kasih karunia di dalam Yesus Kristus yang adalah hakekat dari keselamatan itu sendiri (Heb 10:1-23). Sebaliknya jika "orang percaya" meninggalkan imannya kepada Kristus, maka sama saja dia meninggalkan juga keselamatannya (Heb 10:26-29).

          Apakah mungkin bagi umat Allah untuk meninggalkan keselamatan di dalam Kristus yang begitu berharga itu? Hal ini sangat mungkin terjadi, karena setiap orang yang telah diselamatkan masih memiliki kehendak bebas, hal ini tidak bertentangan dengan kasih Allah. Coba bayangkan jika setiap orang yang telah percaya kepada Kristus kehilangan kehendak bebasnya, mereka akan jadi seperti robot yang tidak memiliki pilihan, tentu saja hal ini bertentangan dengan kasih Allah sendiri, Alkitab menyatakan bahwa umat Allah dapat binasa karena tidak mengenal Allah (Hos 4:6), umat Allah dapat murtad dengan sengaja meninggalkan Tuhan Yesus (Heb 6:1-6 ; Heb 10:26-29). 

          Bagaimana dengan pernyataan Alkitab yang sering dipakai untuk mengajarkan bahwa keselamatan itu bersifat permanen dan tidak bisa hilang? Jika kita perhatikan, semua ayat Alkitab yang sering digunakan untuk mendukung doktrin ini berkaitan dengan keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus, dan tentu saja konteks keselamatan dalam semua ayat itu terbatas hanya jika orang percaya tersebut tetap meletakkan imannya kepada Tuhan Yesus (Heb 7:25 ; Rom 5:9-10 ; Rom 8:38-39). Jika keselamatan dari Tuhan Yesus itu dapat bekerja tanpa melalui iman atau kehendak bebas manusia, seharusnya semua orang di dunia ini pasti juga secara otomatis sudah diselamatkan oleh Allah, sebab Allah menghendaki tidak seorangpun yang binasa (2 Pet 3:9).

          Jadi kesimpulannya adalah bahwa Tuhan Yesus sanggup dan pasti akan menyelamatkan seluruh orang yang mau menggunakan kehendak bebasnya untuk tetap percaya kepadaNya (Heb 7:25). Sebaliknya meskipun Tuhan Yesus penuh kasih, Dia bukan seorang diktator yang suka memaksakan kehendakNya, sehingga implikasinya Dia juga tidak dapat menyelamatkan setiap orang yang menolakNya (Mark 16:15-16) ataupun meninggalkanNya (Heb 6:4-6). Hal mengenai murtad ini juga pernah diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri kepada murid-muridNya dengan menggunakan perumpamaan seorang penabur yang menabur benihnya, ada yang dimakan burung, ada yang jatuh di tanah yang berbatu, semak duri dan juga di tanah yang subur (Mat 13:1-23 ; Mark 4:1-20 ; Luke 8:4-15). Di sini jelas bahwa Tuhan Yesus menyatakan bahwa ada orang yang pada mulanya menerima firman keselamatan dengan gembira, tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja, apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad (Mat 13:20-21).