Selasa, 11 Maret 2014

Mengapa orang kristen lahir baru masih berbuat dosa ?

          Alkitab menyatakan bahwa identitas orang-orang percaya di dalam Kristus Yesus adalah orang-orang kudus (Eph 1:1), ciptaan baru (2 Cor 5:17), orang benar (Rom 1:17), anak-anak Allah (John 1:12), dilahirkan kembali secara roh dari firman Allah yang kekal (1 Pet 1:23), orang merdeka (Gal 5:1), bahkan disebut jemaat yang cemerlang, tanpa cacat atau kerut, kudus dan tidak bercela (Eph 5:25-27). Kasih karunia Allah di dalam Kristus sungguh luar biasa bagi setiap orang yang percaya kepadaNya, Dia mengubah orang berdosa menjadi kudus tak bercela di hadapanNya. Tidak diragukan lagi pengalaman orang yang dilahirkan kembali mengalami perubahan total, pada mulanya mereka begitu mengasihi Tuhan dan membenci dosa, tetapi dengan berjalannya waktu, mereka mengetahui dan menyadari telah melakukan dosa lagi. Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan besar bagi semua orang,  mengapa hal ini bisa terjadi? Dan bagaimana jemaat Tuhan dapat menikmati kehidupan kudus yang sejati di dalam kehidupan sehari-hari?

          Dalam hal ini Alkitab menyatakan suatu prinsip penting yaitu bahwa orang berdosa suka akan hal-hal dosa dan orang suci suka akan hal-hal yang suci (Mat 7:6; 2 Pet 2:7,22). Jadi pada dasarnya tidak mungkin orang suci suka akan hal-hal dosa, meskipun ada banyak faktor mengapa orang suci (gereja) dapat berbuat dosa, tetapi semuanya berakar pada satu hal, yaitu gereja telah mempercayai suatu kebohongan bahwa seolah-olah mereka masih memiliki dan menyukai dosa-dosa tertentu dalam hidup mereka dan mereka harus berjuang melawan dosa tersebut untuk menjadi umat yang kudus. Secara umum sumber dari kebohongan ini memang berasal dari pengaruh dunia (yang dikendalikan oleh iblis) yang menimbulkan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 John 2:16-17), tetapi ironisnya, kebohongan ini juga bersumber dari pengajaran yang salah para pemimpin gereja. Mereka seharusnya terus mengajarkan identitas baru yang dimiliki orang percaya di dalam Kristus, tetapi sebaliknya mereka mengajarkan banyak peraturan agama, praktek menyangkal diri dan perjuangan melawan dosa seolah-olah gereja itu masih sangat senang melakukan dosa.

          Orang-orang kudus di dalam Kristus tidak perlu diajar untuk melakukan hal-hal yang kudus, sebab mereka memiliki sifat alamiah baru yang sama dengan Allah sendiri, secara alami mereka sangat bersukacita hidup dalam kekudusan dan membenci dosa, sama seperti ikan yang bersukacita berenang di air dan burung yang bersukacita terbang di cakrawala. Sebagai buktinya, dari pengalaman sehari-hari apabila orang-orang kudus melakukan dosa, itu berarti mereka melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sifat alaminya, meskipun dosa itu selalu menjanjikan kesenangan dan kenikmatan, tetapi jiwa orang-orang kudus sangat menderita dan tersiksa. Saat ini yang diperlukan gereja Tuhan adalah pewahyuan mengenai identitas kita di dalam Kristus Yesus, dan menjalani hidup bukan berdasar berbagai aturan agama tetapi hidup normal sesuai dengan sifat alami kita yang baru (Rom 6:11-14).

          Tetapi meskipun gereja Tuhan mengerti bahwa mereka adalah orang-orang kudus di dalam Kristus, mereka masih tetap merasa stres, tertuduh dan merasa bersalah jika mereka melihat bahwa secara teknis ada perkataan dan perbuatan mereka yang salah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini seringkali membuat jemaat Tuhan merasa tidak kudus, dan perasaan tertuduh yang terus menerus akan membuat mereka putus asa dan akhirnya kembali menjalani hidup yang sama dengan dunia. Kebebasan sejati dari perbuatan dosa harus dimulai dari pembebasan rasa bersalah di dalam jiwa orang-orang kudus Tuhan terlebih dahulu, tetapi bagaimana jiwa kita bisa bebas dari rasa bersalah jika faktanya kita sering berbuat salah? Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa pengorbanan Tuhan Yesus telah menjadikan orang-orang yang Ia kuduskan menjadi sempurna, yaitu melalui hati yang baru dan pengampunan dosa sekali untuk selamanya (Heb 10:14-18).

          Jadi jelas bahwa orang-orang kudus Tuhan tidak hanya harus mengetahui bahwa mereka adalah ciptaan baru, tetapi juga harus mengetahui fakta bahwa mereka telah menerima pengampunan dosa yang sempurna atas segala kesalahan mereka baik di masa lalu, masa kini maupun di masa depan. Hal ini berarti bahwa meskipun kita sebagai jemaat Tuhan masih dapat berbuat kesalahan atau dosa, pengampunan Tuhan Yesus tidak pernah berhenti mengalir untuk kita, sehingga kita dapat menjadi bersih dan suci tanpa henti, pengetahuan inilah yang dapat membebaskan kita dari rasa bersalah dan stres akibat dakwaan hukum taurat. Jadi ketika kita menyadari bahwa diri kita adalah ciptaan baru (2 Cor 5:17) dan juga telah menerima pengampunan dosa yang sempurna di dalam Kristus (Heb 10:14-18), maka kita tidak hanya dapat "memandang", tetapi kita juga dapat "merasakan" bahwa kita adalah orang-orang kudus yang telah sempurna. Perasaan yang kudus dan bebas dari rasa bersalah secara terus menerus inilah kunci untuk dapat menjalani kehidupan kudus yang sejati baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.