Rabu, 19 Maret 2014

Apakah persepuluhan masih berlaku di masa perjanjian baru? (Bagian 1)

          Topik ini sangat sensitif bagi kebanyakan denominasi (organisasi) gereja dan juga bagi jemaat Tuhan sendiri, sebab topik persepuluhan berhubungan dengan uang. Secara umum denominasi gereja mengajarkan bahwa persepuluhan harus terus dilakukan oleh seluruh jemaat, hal ini didasarkan pada pengajaran bahwa praktek persepuluhan adalah prinsip dasar Allah untuk memberkati jemaat dalam hal keuangan (Mal 3:10-12). Memang praktek persepuluhan diperintahkan dengan jelas oleh Allah di masa perjanjian lama (jaman hukum taurat), tetapi tidak ada perintah melakukan hal ini di perjanjian baru. Banyak para pemimpin menggunakan dasar pengajaran bahwa Abraham memberikan persepuluhan kepada Melkisedek sebelum masa hukum taurat, bahkan kisah ini juga disebutkan dalam kitab perjanjian baru (Heb 7:1-10). Hal ini bukan masalah kecil, sebab jika praktek persepuluhan harus tetap dilakukan di masa perjanjian baru, harus ada penjelasan untuk tujuan apa? Apa akibatnya jika jemaat tidak memberi persepuluhan?

          Pertama, saya akan menjelaskan konteks kisah mengenai Abraham dan Melkisedek, sebenarnya kisah ini bukan perintah untuk memberikan persepuluhan, tetapi mengenai Yesus adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Heb 6:20). Abraham memberikan sepersepuluh dari hartanya kepada Melkisedek sebagai tanda (lambang) bahwa ia mengakui dan tunduk pada Melkisedek sebagai raja dan imam Allah yang maha tinggi, siapa Melkisedek itu? Melkisedek adalah raja Salem sekaligus imam Allah yang maha tinggi (Gen 14:18-20), ia adalah manifestasi dari Tuhan Yesus sendiri (Heb 7:2-3). Pada jaman itu praktek memberikan persepuluhan adalah sebuah praktek yang dilakukan oleh rakyat kepada rajanya sebagai tanda penundukan dan pengakuan atas otoritas raja, sedangkan sang raja juga memiliki kewajiban untuk memberkati (membuat makmur) dan melindungi rakyatnya (Heb 7:6-7). Hal ini jelas bahwa konteks kisah ini berfokus pada legitimasi Yesus sebagai Raja dan Imam Besar Allah selama-lamanya yang tidak mengikuti hukum taurat tetapi mengikuti aturan Melkisedek, dan Abraham mengakuinya dengan cara memberi persepuluhan.

          Pertanyaannya adalah apakah gereja Tuhan juga harus memberi persepuluhan seperti Abraham untuk mengakui dan tunduk kepada sang Raja dan Imam Besar Yesus Kristus? Jika memang harus mengikuti teladan Abraham, maka umat Allah juga hanya perlu memberi persepuluhan satu kali saja sama seperti yang dilakukan Abraham, dan itupun harus diberikan langsung kepada Tuhan Yesus sendiri. Tetapi jika penjelasan ini tidak bisa diterima, kepada siapa gereja harus memberikan persepuluhan? Banyak pemimpin gereja yang mengajarkan bahwa persepuluhan harus diberikan kepada organisasi gereja lokal sebagai gambaran dari imam-imam Allah yang melayani sepenuh waktu di perjanjian lama. Memang tampaknya masuk akal, tetapi dalam perjanjian baru semua orang percaya di dalam Kristus disebut sebagai imamat yang rajani (1 Pet 2:9), jadi kita tidak boleh memiliki pandangan bahwa hanya hamba Tuhan di organisasi gereja saja yang memiliki jabatan sebagai imam, hal ini jelas bukan pengajaran yang benar.

       Bagaimana dengan pengajaran bahwa persepuluhan adalah prinsip kemakmuran dari Allah untuk memberkati umatNya secara keuangan (Mal 3:10-12)? Jika memang prinsip ini memang masih berlaku saat ini, maka semua jemaat yang memberi persepuluhan, dalam waktu singkat akan menjadi milyuner atau lebih, sebab sesuai dengan janjiNya Allah akan membuka tingkap-tingkap langit untuk mencurahkan berkat sampai berkelimpahan (Mal 3:10), melihat realitanya, tentu saja pengajaran ini tidak benar. Tetapi bagaimana dengan kesaksian-kesaksian dari jemaat mengenai berkat yang mereka alami karena memberikan persepuluhan? Secara realita, tidak banyak jemaat yang mengalaminya, kesaksian pribadi itu tidak boleh dijadikan dasar dari suatu kebenaran mutlak, contohnya ada banyak orang dari agama lain yang juga memiliki kesaksian diberkati karena mereka melakukan ajaran agamanya.

          Perjanjian baru mengajarkan bahwa umat Allah dapat menikmati segala berkat, temasuk dalam hal keuangan hanya melalui kasih karunia Tuhan Yesus (Eph 1:3), Yesus telah menebus manusia dari kutuk hukum taurat agar berkat Abraham dapat diterima oleh semua bangsa melalui iman (Gal 3:13-14), Yesus yang kaya rela jadi miskin supaya kita yang miskin menjadi kaya (2 Cor 8:9), Yesus datang untuk memberi hidup dan segala kelimpahannya (John 10:10b).