Senin, 17 Februari 2014

Apakah Allah juga menciptakan setan, dosa dan penderitaan? (Bagian 2)

          Dari mana dosa itu berasal? Untuk memahami hal ini, kita harus terlebih dahulu mengerti apa itu dosa. Dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1 John 3:4). Pada bagian 1 kita telah membahas bahwa Allah tidak menciptakan dosa, tetapi Allah menciptakan makhluk-makhluk berpribadi yang baik seperti malaikat dan manusia. Oleh sebab itu malaikat dan manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, berkehendak dan bertindak dengan bebas, hal inilah yang membedakan makhluk berkepribadian dengan robot yang diatur dan diprogram sesuai kehendak pemiliknya. Jadi jelas karena pribadi yang sempurna adalah pribadi yang bebas, maka tidaklah mengherankan jika manusia maupun malaikat juga mampu untuk melanggar hukum Allah, memberontak terhadap kekuasaanNya dan hidup menurut jalannya sendiri.

          Tetapi apa yang menyebabkan manusia dan malaikat dapat mengambil keputusan untuk berdosa terhadap Allah? Alkitab menyatakan bahwa tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri dan apabila keinginan itu telah dibuahi, maka ia melahirkan dosa (Jam 1:14-15). Adalah hal yang normal jika suatu pribadi yang bebas dapat memiliki berbagai macam keinginan, termasuk keinginan yang bertentangan dengan kebenaran Allah, tetapi dosa baru diperhitungkan jika manusia atau malaikat itu membuahi (mewujudkan) keinginan-keinginan yang salah itu. Secara umum dalam bahasa Yunani, kata "dosa" adalah "hamartia", yang artinya: "meleset dari sasaran", jadi dosa adalah menyimpang dari sasaran atau tujuan yang ditentukan Allah.

          Setan pada mulanya adalah kerub yang ditentukan untuk melayani Allah, tetapi ia melanggar ketentuan Allah dengan membuahi keinginannya untuk menjadi sama sepeti Allah (Isa 14:12-14). Begitu juga dengan manusia, yang ditentukan untuk berkuasa atas segala binatang (Gen 1:26), tetapi manusia melanggar ketentuan itu dengan tunduk dan menuruti ular untuk makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Gen 3:1-6). Semua pelanggaran terhadap ketentuan (hukum) Allah ini berasal dari keinginan-keinginan menyimpang yang dibuahi (diwujudkan) oleh setan maupun manusia, dan inilah asal mula dosa. Meskipun demikian, dalam hal ini ada perbedaan antara manusia dan malaikat, pada mulanya keinginan berdosa yang timbul di hati manusia dipengaruhi oleh sesuatu dari luar dirinya (2 Cor 11:3) sebab manusia memiliki sifat alamiah yang sama dengan Allah sendiri (Gen 1:26), tetapi malaikat tidak diciptakan segambar dengan Allah (Heb 1:5) sehingga keinginan dosa dapat timbul dari dalam dirinya sendiri.

          Sebagai Pencipta segala sesuatu, Allah memiliki hak penuh untuk menentukan sasaran ataupun tujuan bagi setiap makhluk yang diciptakanNya (Rom 9:20-22), tetapi jika demikian bukankah malaikat dan manusia tidak memiliki kebebasan lagi? Sebaliknya, Allah ingin agar setiap makhluk ciptaanNya dapat menjalani hidup sesuai dengan desain dan naturnya, Ia membuat berbagai ketentuan agar manusia dan malaikat dapat hidup di dalam kebebasan yang sesungguhnya. Perhatikan bahwa ketika Allah membuat ketentuan bagi manusia untuk tidak makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu, Allah bukan hendak membatasi kebebasan manusia, tetapi Ia ingin agar manusia tidak mengalami kematian (Gen 1:26).