Selasa, 25 Februari 2014

Apa itu kedaulatan Allah?

          Sekelompok orang kristen berpendapat bahwa kedaulatan Allah adalah hak istimewa Allah yang maha kuasa untuk menetapkan dan mewujudkan kehendakNya atas semua ciptaanNya. Pemikiran ini sebenarnya didasarkan oleh ayat Alkitab yaitu bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia (Rom 11:36), hal ini tampaknya masuk akal sebab Allah memiliki hak atas segala ciptaanNya dan juga memiliki kemampuan untuk mewujudkan segala kehendakNya tanpa halangan. Tetapi masalahnya, pemikiran semacam ini berarti juga menganggap Allah sebagai penyebab segala sesuatu yang buruk, seperti dosa, bencana alam, sakit penyakit, berbagai kejahatan dan lain-lain. Apakah benar bahwa Allah telah merencanakan dan menetapkan segala sesuatunya, tidak hanya hal-hal yang baik tetapi juga yang buruk di dalam sejarah kehidupan manusia?

          Alkitab tidak pernah menyatakan kedaulatan Allah dengan memberikan gambaran sama seperti seorang sutradara diktator yang menciptakan dan menetapkan naskah cerita dari awal sampai akhir,  dimana semua aktornya diatur sedemikian rupa untuk mewujudkan apa yang telah ia tetapkan. Untuk memahami kedaulatan Allah, kita harus terlebih dahulu memahami seperti apa gambar dan  rupa Allah itu? Alkitab menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya supaya manusia berkuasa atas seluruh bumi (Gen 1:26-28), melalui hal ini kita dapat mengetahui bahwa Allah itu berkuasa, hal ini ditegaskan di bagian lain Alkitab bahwa Allah itu Raja, takhtanya sudah ada sejak kekal (Ps 93:1-2). Sekarang kita dapat mengetahui bahwa konteks kedaulatan Allah itu adalah mengenai Raja dan kerajaanNya yang berkuasa atas segala sesuatu (Psa 103:19). Berkuasa atas segala sesuatu tidak berarti mengendalikan segala sesuatu, berkuasa itu berarti memiliki otoritas untuk menjalankan suatu pemerintahan.

          Allah memiliki sistem pemerintahan (Kerajaan Allah) yang didasari oleh karakterNya sendiri yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri (Gal 5:21-23). Hal ini jelas bahwa melalui karakterNya, Allah tidak mungkin menjadi penyebab segala sesuatu yang buruk atau jahat, tetapi Allah dapat mengubah yang buruk menjadi kebaikan bagi umatNya (Rom 8:28), sebab setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna berasal dari Allah Bapa segala terang (Jam 1:17). Kedaulatan Allah dinyatakan melalui otoritasNya dalam menetapkan tujuan bagi setiap ciptaanNya (Prov 16:4), menetapkan hukum kehidupan (Gen 2:16-17) dan hukum alam semesta ini (Gen 1:1). Tetapi dalam menjalankan pemerintahanNya di bumi, baik di dalam perjanjian lama ataupun baru, Allah memilih untuk bekerja sama dan memberikan otoritasNya kepada manusia yang serupa dan segambar denganNya (Gen 1:26-28) dengan tujuan untuk menegakkan kerajaanNya atas semua bangsa di seluruh bumi (Mat 28:18-20; Acts 1:8).

          Alkitab secara jelas menyatakan bahwa Allah menyerahkan kekuasaan atas bumi kepada manusia, jadi segala sesuatu yang terjadi di bumi tentu saja berkaitan langsung dengan manusia. Banyak orang berpikir bahwa kedaulatan Allah itu berarti Allah yang memegang kendali sepenuhnya atas segala hal yang terjadi di bumi. Hal ini tidak benar sebab kekuasaan atas bumi telah diberikan kepada manusia (Gen 1:26-28), terbukti bahwa melalui kehendak bebasnya manusia jatuh dalam dosa, memilih untuk mentaati iblis dan memberontak terhadap kekuasaan Allah. Inilah penyebab segala hal yang buruk di bumi, sebab upah dosa adalah maut, penderitaan dan kematian (Rom 6:23). Kedaulatan Allah tidak membuat manusia jatuh dalam dosa,  sebaliknya kedaulatanNya dinyatakan melalui Tuhan Yesus untuk menyelamatkan manusia. sehingga manusia dapat dipulihkan dan kembali memerintah di dalam kerajaanNya bersama-sama dengan Dia (2 Tim 2:12; Rev 5:9-10).

          Allah yang berdaulat memiliki rencana atau visi dalam kehidupan manusia, tetapi manusia memilih berdosa untuk menentukan jalan dan tujuannya sendiri, dosa membuat manusia keluar dari kedaulatan Allah dan menyatakan kedaulatannya sendiri di bawah pengaruh iblis. Meskipun kekuasaan kerajaan Allah jauh melampaui kerajaan iblis dan manusia, Dia tidak pernah memaksakan kehendakNya, sebab Ia telah menciptakan manusia sebagai pribadi yang memiliki kehendak bebas, serupa dan segambar denganNya (Gen 1:26), bukan sepeti robot. Tetapi kedaulatan Allah dinyatakan melalui orang-orang yang meresponi panggilanNya, Dia menjalankan pemerintahanNya di bumi bersama dengan setiap orang yang percaya kepadaNya di segala jaman, dan pada akhirnya nanti Allah akan menyatakan kedaulatanNya secara penuh di atas bumi, Dia akan menghakimi dan menghukum semua manusia yang tidak percaya kepadaNya menurut segala perbuatannya (kehendak bebasnya) (Rev 20:11-15).

          Lalu apa yang dimaksud dengan segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia (Rom 11:36)? Menurut konteksnya, Alkitab menyatakan bahwa Allah tidak pernah melupakan bangsa Israel, saat ini Allah menunjukkan kemurahanNya kepada bangsa-bangsa lain supaya bangsa Israel mengetahui bahwa hanya melalui kemurahanNya saja (bukan melalui hukum Taurat) bangsa Israel juga akan diselamatkan (Rom 11:25-36). Jadi maksudnya, segala sesuatu mengenai keselamatan itu adalah dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia saja, manusia hanya dapat menerima anugerahNya, tidak ada usaha ataupun prestasi apapun yang dapat membuat manusia layak memperoleh keselamatan itu.